Penyesuaian Diri dan Pertumbuhan
Penyesuaian diri dalam bahasa aslinya dikenal
dengan istilah adjustment atau personal adjustment. Schneiders berpendapat
bahwa penyesuaian diri dapat ditinjau dari tiga sudut pandang, yaitu:
penyesuaian diri sebagai adaptasi (adaptation), penyesuaian diri sebagai bentuk
konformitas (conformity), dan penyesuaian diri sebagai usaha penguasaan
(mastery) pada mulanya penyesuaian diri diartikan sama dengan adaptasi (adaptation), padahal
adaptasi ini pada umumnya lebih mengarah pada penyesuaian diri dalam arti
fisik, fisiologis, atau biologis. Misalnya, seseorang yang pindah tempat dari
daerah panas ke daerah dingin harus beradaptasi dengan iklim yang berlaku di
daerah dingin tersebut.
Penyesuaian
Diri
Penyesuaian
diri merupakan suatu konstruksi/bangunan psikologi yang luas dan komplek, serta
melibatkan semua reaksi individu terhadap tuntutan baik dari lingkungan luar
maupun dari dalam diri individu itu sendiri. Dengan perkataan lain, masalah
penyesuaian diri menyangkut aspek kepribadian individu dalam interaksinya
dengan lingkungan dalam dan luar dirinya (Desmita, 2009:191).
Penyesuaian diri adalah usaha manusia untuk
mencapai harmoni pada diri sendiri dan pada lingkungannya. Sehingga rasa
permusuhan, dengki, iri hati, pransangka, depresi, kemarahan, dan lain-lain
emosi negatif sebagai respon pribadi yang tidak sesuai dan kurang efisien bisa
dikikis habis (Kartini Kartono, 2002:56).
Penyesuaian diri adalah suatu proses yang
mencakup respon mental dan tingkah laku, dimana individu berusaha untuk dapat
berhasil mengatasi kebutuhan-kebutuhan dalam dirinya, ketegangan-ketegangan,
konflik-konflik, dan frustrasi yang dialaminya, sehingga terwujud tingkat
keselarasan atau harmoni antara tuntutan dari dalam diri dengan apa yang
diharapkan oleh lingkungan dimana ia tinggal (Schneiders dalam Desmita,
2009:192).
Aspek-aspek Penyesuaian Diri
Menurut Fromm dan Gilmore (dalam
Desmita, 2009:195) ada empat aspek kepribadian dalam penyesuaian diri yang
sehat antara lain :
a. Kematangan emosional, yang mencakup aspek-aspek :
- Kemantapan suasana kehidupan emosional
- Kemantapan suasana kehidupan kebersamaan dengan orang lain
- Kemampuan untuk santai, gembira dan menyatakan kejengkelan
- Sikap dan perasaan terhadap kemampuan dan kenyataan diri sendiri
b. Kematangan intelektual, yang mencakup aspek-aspek :
- Kemampuan mencapai wawasan diri sendiri
- Kemampuan memahami orang lain dan keragamannya
- Kemampuan mengambil keputusan
- Keterbukaan dalam mengenal lingkungan
c. Kematangan sosial, yang mencakup aspek-aspek :
- Keterlibatan dalam partisipasi sosial
- Kesediaan kerjasama
- Kemampuan kepemimpinan
- Sikap toleransi
d. Tanggung jawab, yang mencakup aspek-aspek :
- Sikap produktif dalam mengembangkan diri
- Melakukan perencanaan dan melaksanakannya secara fleksibel
- Sikap empati, bersahabat dalam hubungan interpersonal
- Kesadaran akan etika dan hidup jujur
Bentuk-bentuk Penyesuaian Diri
Menurut Gunarsa (dalam Sobur,
2003:529) bentuk-bentuk penyesuaian diri ada dua antara lain:
a. Adaptive
Bentuk penyesuaian diri yang adaptive
sering dikenal dengan istilah adaptasi. Bentuk penyesuaian diri ini bersifat
badani, artinya perubahan-perubahan dalam proses badani untuk menyesuaikan diri
terhadap keadaan lingkungan. Misalnya, berkeringat adalah usaha tubuh untuk
mendinginkan tubuh dari suhu panas atau dirasakan terlalu panas.
b. Adjustive
Bentuk
penyesuaian diri yang lain bersifat psikis, artinya penyesuaian diri tingkah
laku terhadap lingkungan yang dalam lingkungan ini terdapat aturan-aturan atau
norma. Misalnya, jika kita harus pergi ke tetangga atau teman yang tengah
berduka cita karena kematian salah seorang anggota keluarganya, mungkin sekali
wajah kita dapat diatur sedemikian rupa, sehingga menampilkan wajah duka,
sebagai tanda ikut menyesuaikan terhadap suasana sedih dalam keluarga tersebut.
Faktor-faktor yang mempengaruhi Penyesuaian Diri
Faktor-faktor yang mempengaruhi
penyesuaian diri antara lain (Enung dalam Nofiana, 2010:17):
- Faktor Fisiologis. Struktur jasmani merupakan kondisi yang primer dari tingkah laku yang penting bagi proses penyesuaian diri
- Faktor Psikologis. Banyak faktor psikologis yang mempengaruhi penyesuaian diri antara lain pengalaman, aktualisasi diri, frustasi, depresi, dsb.
Karakteristik Penyesuaian Diri
Menurut Enung (dalam Nofiana, 2010:17)
karakteristik penyesuaian diri antara lain:Tidak menunjukkan adanya ketegangan
emosional yang berlebihan. Mampu mengontrol emosi dan memiliki kesabaran
dalam menghadapi berbagai kejadian dalam hidup
- Tidak menunjukkan adanya mekanisme pertahanan diri yang salah. Mempunyai mekanisme pertahanan diri yang positif sehingga masalah yang dihadapi terasa ringan.
- Tidak menunjukkan adanya frustasi pribadi. Tidak mengalami frustasi dan gejala-gejala kelainan jiwa.
- Memiliki pertimbangan yang rasional. Langkah apapun yang ingin ditempuh, selalu berdasarkan pemikiran yang rasional
- Mampu belajar dari pengalaman. Pengalaman hidup dapat menempa mentalnya menjadi lebih kuat dan tahan banting.
- Bersikap realistik dan objektif. Melihat berbagai kejadian atau masalah didasarkan pada realita dan pemikiran objektif.
Aspek-aspek Penyesuaian Diri
Menurut Enung (dalam Nofiana, 2010:19)
aspek-aspek penyesuaian diri antara lain:
- Penyesuaian Pribadi. Kemampuan individu untuk menerima dirinya sendiri sehingga tercapai hubungan yang harmonis antara dirinya dengan lingkungan sekitarnya.
- Penyesuaian Sosial. Mencakup hubungan dengan masyarakat di sekitar tempat tinggalnya, keluarga, sekolah, teman, atau masyarakat luas secara umum.
Pertumbuhan
Personal
Pertumbuhan personal atau pribadi manusia adalah suatu proses
organis dan bukan suatu proses mekanis. Kita tidak lagi berbicara tentang
membangun, melainkan tentang mengasuh, tidak lagi tentang melekatkan
dasar-dasar melainkan tentang menumbuhkan akar-akar, tidak lagi menanamkan
melainkan menstimulasi dan menjawab kebutuhan-kebutuhan secara baik.
Pertumbuhan adalah proses yang mencakup pertambahan dalam jumlah
dan ukuran, keluasan dan kedalaman. Prof. Gessel mengatakan, bahwa pertumbuhan
pribadi manusia adalah proses yang terus-menerus. Semua pertumbuhan terjadi
berdasarkan pertumbuhan yang terjadi sebelumnya.
Dengan adanya naluri yang dimiliki suatu individu, dimana
ketika dapat melihat lingkungan di sekitarnya maka secara tidak langsung maka
individu akan menilai hal-hal di sekitarnya apakah hal itu benar atau
tidak, dan ketika suatu individu berada di dalam masyarakat yang memiliki
suatu norma-norma yang berlaku maka ketika norma tersebut di jalankan
akan memberikan suatu pengaruh dalam kepribadian, misalnya suatu individu ada
di lingkungan masyarakat yang disiplin yang menerapkan aturan-aturan yang tegas
maka lama-kelamaan pasti akan mempengaruhi dalam kepribadian sehingga menjadi
kepribadian yang disiplin, begitupun dalam lingkungan keluarga, semisal suatu
individu berada di lingkup keluarga yang religius maka individu tersebut akan
terbawa menjadi pribadi yang religius.
Kita sebagai manusia
akan selalu mengalami dua aspek pertumbuhan pribadi. Pada satu pihak,
kita mempunyai irama dan bobot pertumbuhan pribadi yang sifatnya individual.
Irama serta bobot pertumbuhan ini mungkin cepat mungkin lambat, mungkin sehat
dan berlangsung secara baik dari tahap yang satu ke tahap lainnya, mungkin
sangat menggembirakan dan menghasilkan suatu pribadi yang normal. Namun ada
juga orang lain yang irama serta bobot pertumbuhannya kurang baik, kurang
sehat, sehingga pribadi yang dihasilkan tidak normal.
Faktor eksternal / lingkungan
Ø Mempengaruhi individu setiap hari mulai konsepsi
sampai akhir hayatnya, dan sangat menentukan tercapai atau tidaknya potensi
bawaan
Ø Faktor eksternal yang cukup baik akan memungkinkan
tercapainya potensi bawaan, sedangkan yang kurang baik akan menghambatnya
Dari semua faktor-faktor di atas dan pengaruh dari
lingkungan sekitar seperti keluarga dan masyarakat maka akan memberikan
pertumbuhan bagi suatu individu. Seiring berjalannya waktu, maka terbentuklah
individu yang sesuai dan dapat menyesuaikan dengan lingkungan sekitar.
Sumber:
Sumber: