Jumat, 10 Januari 2014

13. Empowerment, Stres dan Konflik



F. Definisi Konflik
                   Dalam suatu organisasi dapat dipastikan pernah terjadi konflik. Konflik dapat disebabkan oleh beberapa faktor dan konlik dapat dikelola untuk kebaikan organisasi. Konflik adalah akibat situasi dimana keinginan atau kehendak yang berbeda atau berlawanan antara satu dengan yang lain, sehingga salah satu atau keduanya saling terganggu. Konflik bisa juga merupakan kondisi terjadinya ketidakcocokan antar nilai atau tujuan-tujuan yang ingin dicapai, baik yang ada dalam diri individu maupun dalam hubungannya dengan orang lain.

Ada tiga macam pandangan tentang konflik yaitu:
a. Pandangan tradisional: konflik harus dihindari
b. Mazhab hubungan kemanusiaan: konflik adalah hasil alami dan tidak dapat
    dihindari
c. Pandangan interaksi: konflik merupakan keharusan mutlak agar organisasi
    berkinerja efektif

Konflik mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
      Setidak-tidaknya ada dua pihak secara perseorangan maupun kelompok yang terlibat dalam suatu interaksi yang saling bertentangan;
      Paling tidak timbul pertentangan antara dua pihak secara perseorangan maupun kelompok dalam mencapai tujuan, memainkan peran dan ambigius atau adanya nilai-nilai atau norma yang saling berlawanan;
      Munculnya interaksi yang seringkali ditandai oleh gejala-gejala perilaku yang direncanakan untuk saling meniadakan, mengurangi, dan menekan terhadap pihak lain agar dapat memperoleh keuntungan seperti satus, jabatan, tanggung jawab, pemenuhan berbagai kebutuhan fisik, sandang pangan, materi dan kesejahteraan atau tunjangan-tunjangan tertentu: mobil, rumah, bonus, atau pemenuhan kebutuhan sosio-psikologis seperti rasa aman, kepercayaan diri, kasih, penghargaan dan aktualisasi diri;
      Munculnya tindakan yang saling berhadap-hadapan sebagai akibat pertentangan yang berlarut-larut;
      Munculnya ketidakseimbangan akibat dari usaha masing-masing pihak yang terkait dengan kedudukan, status sosial, pangkat, golongan, kewibawaan, harga diri, dan prestise.

G. Jenis-jenis konflik
Konflik dapat terdiri dari:
a. Konflik dalam diri individu
b. Konflik antar individu dalam organisasi yang sama
c. Konflik antar individu dan keompok
d. Konflik antar kelompok dalam organisasi yang sama
e. Konflik antar organisasi

Konflik dapat dikelola melalui:
1. Penyelesaian soal atau konfrontasi
2. Adanya tujuan yang diatas segala-galanya
3. Penambahan sumber daya
4. Penghindaran
5. Penghalusan
6. Kompromi
7. Pemaksaan
8. Perubahan struktur organisasi


H. Proses Konflik
Proses konflik dapat dipandang sebagai proses yang terdiri dari empat macam tahapan yaitu:
a. Tahap oposisi potensial
Kondisi-kondisi yang menimbulkan peluang-peluang untuk munculnya konflik:
komunikasi, struktur dan variabel-variabel pribadi.
b. Tahap kognisi dan personalisasi
Konflik yang dipersepsi secara sadar serta konflik yang dirasakan (keterlibatan
emosional) di dalam suatu konflik yang menyebabkan timbulnya perasaan tidak tenang, tegang, frustasi, atau sikap bermusuhan.
c. Tahap perilaku
Perilaku yang dapat diobservasi dan yang dapat diukur: perilaku yang kurang
menonjol, perilaku tidak langsung, dan bentuk-bentuk campur tangan yang sangat dikendalikan guna mengarahkan, pertarungan yang agresif, kasar, dan yang tidak terkendalikan.
d. Tahap hasil
Konflik mengakibatkan timbulnya suatu perbaikan dalam kinerja kelompok atau menurunkan kinerja kelompok.

Menurut Robbins (1974 dalam Djatmiko, 2008), konflik dapat disebabkan oleh:
a. Komunikasi yang kurang sempurna sehingga menimbulkan salah pengertian.
b. Kondisi structural, yaitu besarnya ukuran organisasi, heterogenitas aggota staff, gaya supervise yang kurang relevan, pemerataan peran yang kurang adil, sistem balas jasa yang kurang baik, dan bentuk power yang digunakan.
c. Variabel perilaku personal dimensi dan interaksi personal, peranan keputusan, dan sasaran-sasaran individual.
d. Keanekaragaman okupasi antar kelompok, misalnya antara buruh dan majikan yang membedakan porsi dan tingkat power yang dimiliki.

Konflik dapat berdampak positif dan negatif.
a. Dampak positif konflik
         Meningkatnya ketertiban dan kedisiplinan dalam menggunakan waktu bekerja, seperti hampir tidak pernah ada karyawan yang absen tanpa alasan yang jelas, masuk dan pulang kerja tepat pada waktunya, pada waktu jam kerja setiap karyawan menggunakan waktu secara efektif, hasil kerja meningkat baik kuantitas maupun kualitasnya;
         Meningkatnya hubungan kerjasama yang produktif. Hal ini terlihat dari cara pembagian tugas dan tanggung jawab sesuai dengan analisis pekerjaan masingmasing;
         Meningkatnya motivasi kerja untuk melakukan kompetisi secara sehat antar pribadi maupun antar kelompok dalam organisasi, seperti terlihat dalam upaya meningkatkan prestasi kerja, tanggung jawab, dedikasi, loyalitas, kejujuran, inisiatif dan kreativitas;
         Semakin berkurangnya tekanan-tekanan, intrik-intrik yang dapat membuat stress, bahkan produktivitas kerja semakin meningkat. Hal ini karena karyawan memperoleh perasaan-perasaan aman, kepercayaan diri, penghargaan dalam keberhasilan kerjanya atau bahkan bisa mengembangkan karier dan potensi dirinya secara optimal;
         Banyaknya karyawan yang dapat mengembangkan kariernya sesuai dengan potensinya melalui pelayanan pendidikan, pelatihan, dan konseling dalam aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.
b. Dampak negatif konflik
         Meningkatnya jumlah absensi karyawan dan seringnya karyawan mangkir pada jam-jam kerja berlangsung;
         Banyak karyawan yang mengeluh karena sikap atau perilaku teman kerjanya yang dirasa kurang adil dalam membagi tugas dan tanggung jawab;
         Sering terjadi perselisihan antar karyawan yang bisa memancing kemarahan, ketersinggungan yang akhirnya dapat mempengaruhi pekerjaan, kondisi psikis dan keluarganya;
         Banyak karyawan yang sakit-sakitan, sulit untuk konsentrasi dalam pekerjaanya, muncul perasaan-perasaan kurang aman, merasa tertolak oleh teman atau atasan, merasa tidak dihargai hasil pekerjannya, timbul stress yang berkepanjangan;
         Seringkali karyawan melakukan mekanisme pertahanan diri bila memperoleh teguran dari atasan, misal: mengadakan sabotase, provokasi dan membuat intrikintrik yang merugikan orang lain;
         Meningkatnya kecenderungan karyawan yang keluar masuk.

DAFTAR PUSTAKA
Jurnal, 2010. Http://jurnal-sdm.Blogspot,Com/2010/04/manajemen-konflik-definisi-ciri sumber.Htmldiakses tanggal 17 Mei 2011.\
Raja, 2009. Http://rajapresentasi.Com/2009/05/manajemen-konflik-cara-mengelola konflik- secara-efektif/diakses tanggal 17 Mei 2011/
Reksohadiprodjo, S, Pengantar Manajemen, Penerbit Karunika, Universitas
Terbuka, Jakarta, 1990.
Winardi, J, Manajemen Perubahan, Kencana, Jakarta, 2010
Djatmiko, Y.H., Perilaku Organisasi, Alafabeta, Bandung, 2008.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar